Maskapai Jeju Air sering disebut jarang melakukan maintenance menyeluruh terhadap pesawat-pesawatnya. Mereka hanya menghabiskan waktu 28 menit untuk pemeriksaan, menurut laporan dari The Korea Times. Waktu minimum ini ditetapkan oleh pemerintah Korea Selatan, namun sejumlah mekanik meragukan bahwa 28 menit cukup untuk pemeriksaan menyeluruh.
Menurut seorang mantan mekanik dengan pengalaman lebih dari 10 tahun, 28 menit hampir tidak cukup untuk memeriksa lampu peringatan kokpit dan memeriksa visual bagian luar pesawat. Ini hanya sebatas penelusuran, bukan inspeksi mendetail. Jeju Air termasuk dalam maskapai bertarif rendah di Korea Selatan yang sering memangkas waktu perawatan demi keuntungan.
Sehari sebelum kecelakaan, pesawat Jeju Air melakukan penerbangan yang menghubungkan empat kota internasional tanpa jeda yang signifikan. Padahal, standar industri menunjukkan bahwa pesawat butuh waktu untuk perawatan, pembersihan, dan pengisian bahan bakar di antara penerbangan. Namun, pada 27 November, penerbangan Jeju Air hanya menghabiskan 62 menit di Bandara Internasional Muan sebelum berangkat ke Kinabalu, dengan alokasi waktu pemeriksaan hanya sekitar 28-30 menit.
Para kritikus khawatir bahwa Jeju Air dan maskapai LCC lainnya lebih memprioritaskan operasional daripada keamanan pesawat. Pesawat Jeju Air yang terlibat dalam kecelakaan ternyata juga pernah digunakan oleh Ryanair, maskapai bertarif rendah Eropa yang dikenal memiliki jadwal penerbangan agresif.
Ryanair terkenal dengan perawatan armada yang minimal, sehingga para kritikus curiga bahwa pesawat yang diakuisisi Jeju Air mungkin sudah mencapai batas kemampuannya selama dioperasikan Ryanair. Tragedi yang menewaskan 179 orang telah memicu perdebatan mengenai apakah waktu pemeliharaan yang ditetapkan pemerintah cukup untuk memastikan keselamatan.
Seorang mantan kepala pemeliharaan di sebuah maskapai besar mengatakan bahwa pemeriksaan selama 28 menit hanya sebatas “mengoleskan perban” dan belum bisa memperhitungkan potensi gangguan yang tersembunyi. Para kritikus berpendapat bahwa standar 28 menit belum mampu untuk mengidentifikasi masalah potensial pada pesawat.
Dengan demikian, penting bagi maskapai seperti Jeju Air untuk memperhatikan perawatan pesawat secara menyeluruh dan tidak hanya memikirkan keuntungan semata. Keselamatan penumpang harus menjadi prioritas utama, dan waktu yang cukup harus dialokasikan untuk pemeriksaan dan perawatan pesawat guna mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan.