Pada Minggu (1/9/2024), puluhan ribu pengunjuk rasa membanjiri jalan-jalan kota Israel menuntut kesepakatan gencatan senjata segera denganPada Minggu (1/9/2024), puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan kota Israel untuk menuntut kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas setelah jasad enam sandera ditemukan di terowongan Gaza. Serikat pekerja terbesar Israel bahkan mengajukan pemogokan nasional untuk menutup “seluruh ekonomi Israel” pada hari Senin sebagai bentuk tekanan kepada pemerintah agar segera menyelesaikan masalah ini.
Demonstrasi tersebut menjadi yang terbesar sejak Israel memulai perang melawan Hamas sebagai respons atas serangan pada 7 Oktober, yang menyebabkan kematian sekitar 1.200 warga Israel dan penyanderaan 200 orang. Para penyelenggara memperkirakan ada sekitar 300.000 orang di Tel Aviv dan 200.000 orang di kota-kota lain yang ikut serta dalam unjuk rasa tersebut.
Di Tel Aviv, para demonstran berbaris menuju markas Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sambil membawa enam “peti mati simbolis” dan meneriakkan tuntutan mereka. Banyak yang menyalahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena dinilai gagal dalam mengamankan kesepakatan untuk membebaskan para sandera dengan selamat.
Frustrasi semakin meningkat ketika diketahui bahwa tiga dari enam sandera yang tewas seharusnya dibebaskan dalam tahap pertama kesepakatan gencatan senjata yang dibicarakan pada bulan Juli. Sejumlah demonstran bahkan membuat kuburan tiruan dari potongan kardus dengan nama “Benjamin Netanyahu” di atasnya sebagai bentuk protes.
Seorang demonstran menyatakan kepada wartawan bahwa terkadang dibutuhkan sesuatu yang mengerikan untuk membuat orang sadar dan turun ke jalan. Namun, malam itu, protes berubah menjadi kekerasan ketika beberapa demonstran melakukan tindakan anarkis seperti memblokir jalan dan membakar ban.
Polisi akhirnya harus menggunakan meriam air dan granat kejut untuk membubarkan massa. Seorang polisi wanita dilaporkan terluka dalam insiden tersebut, dan puluhan orang ditangkap karena melanggar hukum. Komentator politik Sri Goldberg mengatakan bahwa Netanyahu sebaiknya khawatir dengan kerusuhan ini, karena hal tersebut menunjukkan ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan pemerintah.
Sementara itu, Hamas mengklaim bahwa para sandera sengaja dibunuh oleh IDF. Dalam sebuah video, Brigade Qassam bahkan menyatakan bahwa para sandera seharusnya dibebaskan dalam tahap pertama kesepakatan. Situasi ini semakin memanas dan menimbulkan ketegangan antara Israel dan Hamas.
Kesimpulannya, situasi di Israel semakin memanas dengan adanya demonstrasi besar-besaran dan tindakan kekerasan yang terjadi. Pemerintah harus segera bertindak dan menyelesaikan konflik ini agar kedamaian dapat kembali terwujud di wilayah tersebut.