Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan diperkirakan akan bertemu untuk membahas rencana menanggapi balon tersebut dengan melanjutkan kampanye propaganda melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan Korea Utara. Di masa lalu, Korea Selatan telah menyiarkan propaganda anti-Kim ke utara, yang membuat marah Pyongyang.
Aktivis di Korea Selatan juga menerbangkan balon mereka melintasi perbatasan, berisi selebaran dan terkadang uang tunai, beras, atau USB thumb drive yang berisi K-drama. Awal pekan ini, Pyongyang menggambarkan “hadiah tulus” yang diberikannya sebagai pembalasan atas balon bermuatan propaganda yang dikirim ke Korea Utara.
Terkait konflik dalam kampanye propaganda antara Korea Utara dan Selatan, analis memperingatkan bahwa situasi dapat memuncak menjadi konflik bersenjata di sepanjang perbatasan. Pada tahun 2018, kedua negara sepakat untuk “menghentikan sepenuhnya semua tindakan permusuhan terhadap satu sama lain di setiap bidang,” termasuk pembagian selebaran.
Meskipun parlemen Korea Selatan mengesahkan undang-undang yang mengkriminalisasi pengiriman selebaran ke Korea Utara, para aktivis tetap melanjutkan aksinya. Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, menganggap bahwa tindakan Korea Selatan memprotes balon-balon tersebut adalah pembatasan kebebasan berekspresi.
Kampanye sampah ini menjadi perhatian setelah para analis memperingatkan Kim sedang menguji senjata sebelum dikirim ke Rusia untuk digunakan di Ukraina. Menteri Pertahanan Korea Selatan mengatakan bahwa Pyongyang telah mengirim sekitar 10.000 kontainer senjata ke Moskow sebagai imbalan atas pengetahuan satelit Rusia.
Secara keseluruhan, aksi pemboman balon sampah Korea Utara dan respons Korea Selatan menunjukkan ketegangan yang masih terjadi di Semenanjung Korea. Konflik antara kedua negara dapat memuncak menjadi konflik fisik jika tidak ditangani dengan bijaksana dan diplomatis.