Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat (AS) telah mengungkap kemungkinan penyebab tabrakan tragis antara pesawat American Airlines dan helikopter Black Hawk Angkatan Darat Amerika di atas Washington DC pada 29 Januari lalu. Kecelakaan mengerikan ini menyebabkan tewasnya 67 orang, termasuk 64 penumpang di pesawat American Airlines dan tiga tentara di helikopter Black Hawk.
Menurut NTSB, indikasi menunjukkan bahwa altimeter helikopter mungkin memberikan pembacaan yang tidak akurat dan pilotnya mungkin tidak mendengar beberapa komunikasi dari menara kontrol Bandara Nasional Reagan di Washington DC. Rekaman dari kokpit helikopter menunjukkan bahwa awaknya mungkin tidak mendengar perintah untuk lewat di belakang pesawat American Airlines, suatu arahan yang bisa mencegah tragedi mematikan tersebut.
Penyelidik menyimpulkan bahwa kecelakaan itu terjadi hanya dalam hitungan detik. Black Hawk dan pesawat komersial tersebut kemungkinan bertemu pada ketinggian sekitar 325 kaki sebelum helikopter jatuh ke Sungai Potomac. Pengendali lalu lintas udara di Bandara Nasional Ronald Reagan mengeluarkan arahan penting 17 detik sebelum insiden, namun kemungkinan awak helikopter tidak mendengarnya sepenuhnya.
Perbedaan dalam pembacaan ketinggian awak helikopter sebelum kecelakaan juga menjadi sorotan. Pilot helikopter mengklaim berada pada ketinggian 300 kaki, sementara pilot instruktur menyatakan ketinggiannya adalah 400 kaki. Para penyelidik sedang mempertimbangkan kemungkinan adanya data yang salah dalam hal ini.
Kecelakaan ini telah dicap sebagai kecelakaan penerbangan paling mematikan di AS sejak tahun 2001. Penyelidik terus berupaya mengumpulkan informasi untuk memahami lebih lanjut tentang penyebab tragedi ini. Dengan ditemukannya kotak hitam, diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih jelas tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Para pejabat Angkatan Darat telah mengidentifikasi tiga anggotanya yang tewas dalam kecelakaan tersebut. Mereka adalah Kapten Rebecca M Lobach dari North Carolina, Sersan Staf Ryan Austin O’Hara dari Georgia, dan Kepala Perwira 2 Andrew Loyd Eaves dari Maryland. Mereka adalah bagian dari tim berpengalaman yang terbiasa menavigasi wilayah udara padat di sekitar Washington DC.
Perekam suara kokpit dan data penerbangan sedang dianalisis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang momen-momen menjelang kecelakaan. Penyelidik juga sedang meneliti sistem pitot-statis helikopter dan komputer data udara untuk menentukan apakah data yang tidak akurat memengaruhi sistem penerbangan helikopter.
Dengan analisis lebih lanjut, diharapkan dapat mengungkapkan lebih banyak informasi yang dapat membantu mencegah kecelakaan serupa di masa depan. Kecelakaan ini merupakan pengingat akan pentingnya keselamatan dalam penerbangan dan perlunya upaya bersama untuk mencegah tragedi seperti ini terjadi lagi. Semoga para korban dapat beristirahat dengan tenang, dan keluarga mereka mendapatkan kekuatan dalam menghadapi kesedihan ini.