Presiden Rusia, Vladimir Putin, baru saja meluncurkan latihan kekuatan nuklir negaranya. Latihan ini menampilkan peluncuran rudal dalam simulasi serangan balasan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Barat terkait Ukraina. Putin menyatakan bahwa dengan adanya ancaman baru dan ketegangan geopolitik yang semakin meningkat, penting bagi Rusia untuk memiliki kekuatan strategis yang selalu siap digunakan.
Menteri Pertahanan Andrei Belousov menjelaskan kepada Putin bahwa tujuan dari latihan tersebut adalah untuk berlatih dalam melancarkan “serangan nuklir besar-besaran oleh pasukan ofensif strategis sebagai respons terhadap serangan nuklir oleh musuh”. Latihan ini melibatkan tiga serangkai nuklir Rusia yang terdiri dari rudal yang diluncurkan dari darat, laut, dan udara.
Rudal balistik antarbenua Yars diluncurkan dari Kosmodrom Plesetsk di Rusia barat laut menuju Kamchatka, sebuah semenanjung di Timur Jauh. Sementara itu, rudal balistik Sineva dan Bulava ditembakkan dari kapal selam, dan rudal jelajah diluncurkan dari pesawat pembom strategis.
Latihan ini dilakukan pada saat yang kritis dalam perang Rusia-Ukraina, di mana Rusia telah memberikan sinyal kepada Barat bahwa akan merespons jika Amerika Serikat dan sekutunya membiarkan Ukraina menembakkan rudal jarak jauh ke wilayah Rusia. NATO juga mengklaim bahwa Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia bagian barat.
Putin menegaskan bahwa persenjataan nuklir Rusia tetap menjadi “penjamin kedaulatan dan keamanan negara yang dapat diandalkan”. Dia juga menekankan bahwa penggunaan senjata nuklir hanya akan dilakukan sebagai tindakan ekstrem untuk memastikan keamanan negara.
Selama perang, Putin telah mengirimkan berbagai sinyal tajam kepada Barat, termasuk perubahan pada doktrin nuklir resmi Rusia. Rusia juga telah mengumumkan penyebaran rudal nuklir taktis ke negara tetangga Belarus, yang membuat Ukraina menuduh Putin melakukan pemerasan nuklir.
Meskipun demikian, Putin menegaskan bahwa Rusia tidak perlu menggunakan senjata nuklir untuk meraih kemenangan di Ukraina. Rusia merupakan kekuatan nuklir terbesar di dunia, bersama dengan AS mengendalikan 88 persen hulu ledak nuklir dunia.
Dalam situasi yang semakin tegang ini, Amerika Serikat telah mengeluarkan peringatan kepada Putin tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir taktis oleh Rusia. Meskipun begitu, Putin tetap yakin bahwa Rusia akan mampu menjaga kedaulatan dan keamanannya tanpa harus menggunakan senjata nuklir.
Secara keseluruhan, latihan kekuatan nuklir yang dilakukan oleh Rusia ini merupakan respons terhadap situasi yang semakin kompleks di Ukraina dan meningkatnya ketegangan geopolitik dengan Barat. Putin menegaskan bahwa kekuatan nuklir Rusia akan selalu siap digunakan untuk menjaga kedaulatan negara tersebut.