Konflik antara Israel dan Palestina sudah berlangsung lama dan kompleks, dan berakar pada akhir abad ke-19. Pembentukan negara Israel pada tahun 1948 menyebabkan ratusan ribu warga Palestina mengungsi, yang mengakibatkan ketegangan dan kekerasan yang berkelanjutan di wilayah tersebut. Menanggapi pendudukan Israel di wilayah Palestina, kelompok militan seperti Hamas dan Jihad Islam telah muncul sebagai pemain penting dalam perlawanan terhadap pasukan Israel. Kelompok-kelompok ini telah menggunakan taktik seperti meluncurkan roket anti-tank, bom mortir, dan alat peledak untuk menargetkan unit militer Israel.
Hamas sebuah organisasi militan Palestina yang didirikan pada tahun 1987, berada di garis depan gerakan perlawanan terhadap pendudukan Israel. Dipimpin oleh tokoh-tokoh terkemuka seperti Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar, Hamas memiliki kehadiran yang kuat di Gaza dan bertanggung jawab atas berbagai serangan terhadap sasaran Israel. Sayap militer kelompok ini dikenal karena penggunaan taktik perang gerilya dan memiliki banyak persenjataan.
Jihad Islam, kelompok militan lain yang beroperasi di Gaza, juga memainkan peran penting dalam perlawanan bersenjata melawan Israel. Dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Ziad Nakhala dan Khader Habib, Jihad Islam telah melakukan serangan menggunakan taktik serupa seperti Hamas, termasuk penggunaan roket anti-tank dan bom mortir. Kelompok ini memiliki hubungan dekat dengan Iran dan menerima dukungan dari Republik Islam dalam perjuangannya melawan pasukan Israel.
Tindakan Hamas dan Jihad Islam mempunyai dampak yang signifikan terhadap konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Palestina. Penggunaan roket anti-tank dan bom mortir telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di kalangan tentara dan warga sipil Israel, serta kerusakan signifikan pada infrastruktur di kota-kota Israel. Penargetan unit militer dengan alat peledak telah menciptakan rasa tidak aman di antara pasukan Israel dan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
Kekerasan yang dilakukan kelompok militan tersebut juga membawa dampak buruk bagi masyarakat Palestina. Penggunaan serangan tanpa pandang bulu telah mengakibatkan jatuhnya korban sipil dan penderitaan yang meluas di kalangan penduduk di Gaza dan Tepi Barat. Siklus kekerasan yang sedang berlangsung telah memperdalam perpecahan antara Israel dan Palestina dan menghambat upaya mencapai perdamaian abadi di wilayah tersebut.
Penting untuk mempertimbangkan potensi perkembangan di masa depan terkait aksi Hamas dan Jihad Islam. Penggunaan roket anti-tank dan bom mortir merupakan ancaman signifikan terhadap keamanan Israel dan kemungkinan akan memicu tanggapan militer lebih lanjut dari Israel. Selain itu, penargetan unit militer dengan alat peledak dapat menyebabkan peningkatan kekerasan dan risiko korban jiwa yang lebih tinggi di kedua belah pihak.
Upaya untuk meredakan ketegangan dan melanjutkan perundingan perdamaian harus diprioritaskan untuk mencegah pertumpahan darah dan penderitaan lebih lanjut di kawasan. Aktor-aktor internasional, termasuk PBB dan negara-negara regional, harus memainkan peran konstruktif dalam memfasilitasi dialog antara Israel dan Palestina dan berupaya mencapai resolusi konflik yang adil dan langgeng. Pada akhirnya, pendekatan komprehensif yang mengatasi akar penyebab konflik dan menjamin hak dan keamanan warga Israel dan Palestina sangat penting untuk mencapai perdamaian berkelanjutan di kawasan.