Pemerintah Amerika Serikat (AS) kini sedang khawatir soal nasib Ukraina setelah Rusia meluncurkan rudal hipersonik baru bernama Oreshnik ke Kyiv. Meski begitu, AS menegaskan bahwa mereka nggak akan mundur dari komitmennya untuk terus mendukung Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia. Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh, mengungkapkan bahwa rudal hipersonik terbaru Rusia ini baru saja diuji coba di medan pertempuran dan berisiko membahayakan Ukraina. Namun, dia menanggapi peringatan Presiden Rusia, Vladimir Putin, terhadap NATO sebagai ancaman yang nggak serius dan cuma sekedar retorika kosong.
Hari Kamis lalu, Putin bilang bahwa militer Rusia telah menembakkan rudal balistik hipersonik terbaru mereka, yang dinamai Oreshnik (atau Hazel), dan menghancurkan fasilitas industri militer di Dnipro, Ukraina. Serangan ini disebut Putin sebagai respons atas apa yang dia anggap sebagai tindakan agresif negara-negara NATO. Putin juga memperingatkan bahwa Rusia berhak menyerang fasilitas militer di negara-negara yang membolehkan senjata mereka digunakan untuk menyerang wilayah Rusia.
Dalam konferensi pers, Sabrina Singh menjelaskan, “Senjata apa pun yang digunakan di medan perang memang jadi ancaman besar bagi Ukraina. Ini adalah senjata mematikan baru yang digunakan di medan perang, jadi jelas jadi perhatian kami. Tapi sekali lagi, Ukraina sudah bertahan menghadapi serangan Rusia yang tak terhitung jumlahnya, termasuk dari rudal dengan daya ledak jauh lebih besar daripada ini. Jadi kami akan tetap mendukung Ukraina dengan segala yang mereka butuhkan,” tambahnya, seperti dilansir dari Russia Today, Jumat (22/11/2024).
Sementara itu, juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, menegaskan bahwa AS nggak akan terhenti dalam memberikan bantuan militer untuk Ukraina. Ketika ditanya soal apakah AS sudah mencabut pembatasan penggunaan ATACMS oleh Ukraina, Jean-Pierre memilih untuk menghindar. Dia juga menegaskan bahwa kalau ada eskalasi, Rusia lah yang harus disalahkan atas semuanya.