“Saya selalu ingin pergi ke China untuk mendoakan mereka yang telah meninggal dan meminta maaf kepada keluarga mereka,” ucap Hideo Shimizu, seorang veteran Jepang yang pernah bertugas di pasukan perang kuman Jepang yang dikenal kejam selama Perang Dunia II. Shimizu, yang kini berusia hampir 94 tahun, berbagi rasa sesalnya dalam sebuah konferensi pers di Kota Iida, Prefektur Nagano, Jepang. Ia berencana mengunjungi China pada bulan Agustus mendatang, kembali ke kompleks unit bakteriologi Jepang di Kota Harbin, tempat di mana ribuan warga sipil China dan tawanan perang Sekutu dibunuh selama Perang Dunia II.
Dalam masa tugasnya di Harbin bertahun-tahun lalu, Shimizu menjadi saksi mengerikan dari praktik brutal yang dilakukan tentara Jepang. Ia melihat ruangan-ruangan yang dipenuhi dengan organ tubuh manusia dan janin dalam berbagai tahap perkembangan. Shimizu juga dipaksa untuk mengumpulkan tulang-belulang para tahanan yang digunakan sebagai eksperimen. Meskipun berhasil melarikan diri, kenangan buruk itu tetap menghantuinya, terutama ketidakmampuan tentara Jepang untuk mengampuni anak-anak.
Kisah Shimizu yang menyentuh hati membuat beberapa kelompok masyarakat Jepang tergerak untuk membantunya mewujudkan keinginannya kembali ke Harbin. Para donatur memberikan dukungan dan menghargai keberanian Shimizu untuk menghadapi masa lalunya. Setelah pulang ke Jepang, Shimizu kemudian membagi pengalaman dan identitasnya sebagai mantan anggota Korps Pemuda Unit 731 untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah yang sebenarnya.
“Saya ingin lebih banyak lagi anak muda mengetahui kebenaran tentang Unit 731 dan kekejaman masa perang yang dilakukan oleh tentara Jepang,” ujarnya. Meskipun pemerintah Jepang tidak menunjukkan penyesalan atas kejahatan tersebut, Shimizu berharap agar tragedi masa lalu tidak akan terulang kembali di masa depan. Kunjungan Shimizu ke China dapat terlaksana berkat kampanye penggalangan dana yang mencapai target dan menerima dukungan dari banyak pihak.
Rencananya, dalam kunjungan ke Harbin, Shimizu akan bertemu dengan direktur museum dan meminta maaf kepada keluarga korban perang. Kunjungan ini menjadi peluang bagi Shimizu untuk menyampaikan pesan perdamaian dan harapan agar dunia tidak akan mengalami tragedi serupa di masa depan. Menjelang peringatan perdamaian, ia pun berencana untuk berpartisipasi dalam acara di Universitas Waseda via tautan video.
Dengan usianya yang sudah lanjut, Shimizu tetap bersikeras untuk mengungkap kebenaran dan mengedukasi masyarakat. Meskipun masih ada ketidakjelasan dari pemerintah Jepang terkait kejahatan tersebut, ia tetap berharap agar sejarah tragis tersebut tidak akan terlupakan. Semoga kunjungan Shimizu ke China akan menjadi langkah awal untuk perdamaian dan kesadaran akan kekejaman masa lalu.