Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa dia telah “belajar banyak” selama pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Jumat (27/9/2024). Meskipun begitu, Trump tetap pada pendiriannya bahwa konflik tersebut harus diselesaikan melalui “kesepakatan yang adil.” Pertemuan antara Trump dan Zelensky berlangsung di Trump Tower di New York, setelah Zelensky mendapat kritik dari Partai Republik karena dianggap mendukung lawan politik Trump, Wakil Presiden Kamala Harris, dalam pemilu presiden.
Dalam sebuah acara di North Carolina, Trump menuduh Zelensky telah mengkritiknya dan menggambarkan Zelensky sebagai seseorang yang enggan untuk mencapai kesepakatan. Namun, sebelum pertemuan mereka, Trump menyatakan kepada wartawan bahwa dia memiliki hubungan yang baik dengan Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia juga berjanji akan menyelesaikan konflik Ukraina dengan cepat jika terpilih kembali sebagai presiden pada bulan November.
Setelah pertemuan dengan Zelensky, Trump menyampaikan bahwa dia telah belajar banyak dan tetap memegang pandangan bahwa kedua belah pihak ingin melihat konflik tersebut berakhir dengan kesepakatan yang adil. Ketika ditanya tentang cara mencapainya, Trump hanya menjawab bahwa masih terlalu dini untuk mengungkapkannya.
Trump telah berulang kali mengklaim bahwa konflik tersebut tidak akan terjadi jika dia masih menjadi presiden pada tahun 2022. Dia yakin bahwa dia bisa memaksa Zelensky dan Putin untuk menemukan solusi diplomatik dalam waktu 24 jam setelah terpilih kembali. Namun, Zelensky sendiri telah menyatakan bahwa dia ingin konflik diselesaikan dengan cepat, meskipun dia tidak tertarik untuk melakukannya melalui negosiasi.
Pada awal pekan ini, Zelensky mengungkapkan kepada Presiden AS Joe Biden tentang ‘rencana kemenangan’ yang dia klaim dapat mengalahkan Rusia secara militer. Meskipun dokumen tersebut belum dipublikasikan, rencana tersebut terdiri dari empat poin penting, termasuk kelanjutan serangan Kiev ke Kursk, jaminan keamanan ala NATO dari Barat untuk Ukraina, pengiriman senjata yang lebih canggih, dan bantuan keuangan internasional untuk negara tersebut.
Biden dan Harris, yang merupakan lawan politik Trump, menolak membahas secara terbuka tentang akhir diplomatik dari konflik tersebut. Biden bahkan mengumumkan bantuan militer lebih dari USD8 miliar untuk Ukraina setelah pertemuan dengan Zelensky di Gedung Putih. Sementara itu, Harris menilai gagasan Kiev untuk menukar wilayah demi perdamaian sebagai “berbahaya dan tidak dapat diterima.”
Calon wakil presiden Trump, J.D. Vance, berpendapat bahwa Trump kemungkinan akan membekukan konflik di garis kontak saat ini dan menawarkan jaminan kepada Rusia bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO. Di sisi lain, pendukung Kiev di Eropa akan bertanggung jawab atas biaya rekonstruksi negara tersebut.
Moskow sendiri menyatakan netralitas Ukraina sebagai salah satu tujuan utamanya, sambil tetap bersikeras bahwa pembicaraan damai harus mempertimbangkan “realitas teritorial” Rusia yang mengendalikan bekas wilayah Ukraina seperti Donetsk, Lugansk, Kherson, Zaporozhye, dan Crimea.