Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, telah memerintahkan militer untuk memulai persiapan pengusiran “sukarela” warga Palestina dari Jalur Gaza. Dia memanfaatkan komentar Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang menyatakan rencananya untuk mengambil alih wilayah tersebut.
“Saya telah menginstruksikan IDF [Pasukan Pertahanan Israel] untuk menyiapkan rencana yang akan memungkinkan setiap penduduk Gaza yang ingin pergi, menuju negara mana pun yang bersedia menerima mereka,” tulis Katz dalam sebuah posting di X. “Rencana tersebut akan mencakup opsi keluar melalui jalur darat, serta pengaturan khusus untuk keberangkatan melalui laut dan udara,” paparnya, seperti dilansir oleh The New Arab, Jumat (7/2/2025).
Perintah Katz ini muncul setelah para pejabat pemerintahan Trump menarik kembali sebagian dari rencana Presiden Trump sebagai respons atas kemarahan global. Komentar Trump, yang disampaikan setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Washington, telah menuai kecaman dari Palestina dan negara-negara lainnya di seluruh dunia. Namun, komentar tersebut justru dimanfaatkan oleh pihak sayap kanan Israel, yang bisa mengancam gencatan senjata yang rapuh dengan Hamas.
Dalam pernyataan terbarunya, Trump menyatakan bahwa Israel akan menyerahkan Jalur Gaza kepada Amerika setelah perang melawan Hamas berakhir. Menurutnya, AS tidak perlu mengirimkan tentara ke wilayah kantong Palestina tersebut. “Tidak diperlukan tentara AS! Stabilitas untuk kawasan ini akan terwujud!” katanya dalam unggahan di platform Truth Social miliknya.
Trump, yang sebelumnya tidak menyingkirkan kemungkinan pengerahan pasukan AS ke Gaza, mengklarifikasi rencananya dalam komentarnya. “Jalur Gaza akan diserahkan kepada Amerika Serikat oleh Israel setelah pertempuran berakhir,” ujarnya. “Warga Palestina akan dipindahkan ke komunitas yang lebih aman dan indah, dengan rumah-rumah baru dan modern, di wilayah tersebut,” tambahnya.
Pada awal pekan ini, Trump mengumumkan bahwa AS akan mengambil alih Jalur Gaza saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkunjung. “Kami juga akan melakukan pekerjaan di sana. Kami akan menguasainya,” ucapnya sambil terkesiap selama konferensi pers, tanpa memberikan banyak rincian tentang bagaimana Amerika Serikat dapat memindahkan lebih dari 2 juta warga Palestina atau mengendalikan wilayah yang dilanda perang tersebut.
Namun, pemerintahannya tampaknya menarik kembali usulan ini pada hari Rabu setelah mendapat gelombang kritik dari warga Palestina, pemerintah Arab, dan para pemimpin dunia. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan bahwa gagasan itu tidak dimaksudkan untuk bersikap bermusuhan, sementara Gedung Putih menyatakan bahwa tidak ada komitmen untuk mengirimkan pasukan AS ke Gaza.